Manusia Lalu Apa?
Manusia dan sejarah panjangnya, membanggakan, memalukan, dan segala sedih bahagianya itu, masalah perspektif lah tapi yang lebih penting lagi, untuk apa?
Dalam state of nature nya hobbes dia menyebut bahwa tanpa institusi penguasa, manusia itu buas dan akan melakukan apa saja untuk bertahan hidup, esensi kita bertahan hidup saja kah?
Kemudian kepercayaan mulai muncul mencoba menjelaskan kenapa kera yang berjalan dengan 2 kaki hadir di dunia ini, mulai menjelaskan fenomena alam seperti petir itu ternyata palu thor yang bertabrakan di awan, badai di laut di karenakan neptunus sedang marah dan berbagai fenomena lainnya, manusia di konstruk untuk hidup untuk menyembah dan meminta anugrah dari sang langit agar hidup damai makmur sentosa.
Disaat kepercayaan mulai goyah dalam mempertahankan Order peradaban, agama atau kepercayaan baru mulai muncul mencoba mengembalikan order dengan memberikan konsep stick and carrot.
intinya kalo baik ya diberi hadiah kalo ga nurut ya di liat aja nanti kalian
memang cukup efektif dalam mengontrol massa dan memberikan kestabilan perdaban dalam waktu yang cukup lama, tapi tak jarang juga menciptakan konflik yang mungkin masih terasa sampai saat ini, kemudian kapitalis yang menghadirkan mesin — mesin produksi nya dan dunia moderen yang seakan mengkerdilkan usaha tuhan dalam menyejahterahkan manusia dan digantikan dengan kesejahterahaan kapital.
Ateisme mulai bermunculan akibat manusia tidak lagi memerlukan belas kasih alam atau tuhan mematahkan dalil tuhan dengan sains gaya baru, manusia mulai goyah akan kepercayaan atas dosa, tujuan manusia kembali hilang, manusia dengan filsuf — filsuf modern seperti nietzsche, camus, dan sartre yang mencoba mencari arti dalam dunia tanpa tuhan, memberikan narasi kehidupan tanpa tuhan bukan kehidupan tanpa arti, tapi meng empasiskan kehidupan manusia sebagai entitas bebas yang bertanggung jawab untuk mengembangkan dirinya dengan akal pikirannya.
agama masih menjadi dominan panutan manusia dalam bertahan hidup, tanpa arti yang telah di tafsirkan oleh segelintir pemikiran pun menurut penulis manusia harus mewajibkan untuk senantiasa menemukan arti pribadi kehidupan ini, karena seperti kutipan dari Viktor Frankl
“Those who have a ‘why’ to live, can bear with almost any ‘how’.”
lalu, apa ‘why’ mu kawan?